Header Ads

Cerita Mesum, Janda Pemalu Dan Pembantu Sexi (Bag 1)

Cerita Mesum, Janda Pemalu Dan Pembantu Sexi (Bag 1) -Cerita Mesum Terbaru Harii ini adalah harii pertamaqu stay di kota Bandung. Kerana tugas kantorku, aqu terpaksa stay di Bandung selama 5 harii dan weekend di Jakarta. Di kota kembang ini, aqu menyewa kamar di rumah kawanku. Menurutnya, rumah itu hanya ditinggali oleh Ayahnya yg sudah pelupa, seorang perawat, dan seorang pembantu. “Rumah yg sejuk” gumamku dalem hatii. Halaman yg hiijau, penuh tanaman dan bunga yg segar dikombiinasiikan dgn kolam iikan berbentuk oval. Aqu mengetuk piintu rumah tersebut beberapa kalii sampaii piintu dibukakan. Sesosok badan semampaii berpakaian serba putiih menyambutku dgn senyum maniisnya.



“Pak Somat ya..”.

“Ya.., saya kawannya Mas Anto yg akan menyewa kamar di sini. Lho, kamu kan pernah kerja di tetanggaqu?”, jawabku surpriise.

Perawat ini memang pernah bekerja pada tetanggaqu di Kemang Jakarta Selatan sbg baby siitter.

“Iya…, saya dulu pengasuhnya Olivia. Saya keluar darii sana kerana ada rencana untuk menikah lagii. Saya kan dulu janda pak.., tetapi mungkiin belom jodo.., ee dianya pergii sama orang laiin.., ya sudah, akhiirnya saya kerja di sini..”, Mataqu memandangii sekujur badannya.

Erina (nama sii perawat itu) secara Fisik memang tak pantas menjadi seorang perawat. Kuliitnya putiih bersiih, wajahnya manis, rambutnya hiitam sebahu, buah dadanya sedang menantang, dan kakiinya panjang semampaii. Kedua matanya yg bundar memandang langsung mataqu, seakan iingiin mengatakan sesuatu. Aqu tergagap dan berkata,

“Ee.., Mbak Erina, Bapak ada?”.

“Bapak sedang tiidur. Tetapi Mas Anto sudah niitiip sama saya. Marii saya antarkan ke kamar..”.

Erina menunjukkan kamar yg sudah disediakan buatku. Kamar yg luas, ber-AC, tempat tiidur besar, kamar mandi sendirii, dan sebuah meja kerja. Aqu meletakkan koporku di lantaii sembari meliihat berkeliiliing, sementara Erina merunduk merapiikan bed cover kasurku. Tanpa sengaja aqu meliiriik Erina yg sedang menunduk. Darii baliik pakaian putiihnya yg kebetulan berdada rendah, terliihat dua buah dadanya yg ranum bergayut di hadapanku. Ujung buah dada yg berwarna putiih itu ditutup oleh BH berwarna piink. Darahku terkesiap. Ahh…, perawat cantiik, janda, di rumah yg relatiif kosong.Sadar meliihat aqu terkesiima akan keelokan buah dadanya, dgn tersiipu-siipu Erina menghalangii pemandangan iindah itu dgn tangannya.

“Semuanya sudah beres Pak…, siilakan beriistiirahat..”.

“Ee…, ya.., teriima kasiih”, jawabku sepertii baru saja terlepas darii lamunan panjang.

Sore itu aqu berkenalan dgn ayah Anto yg sudah pelupa itu. Ia stay sendirii di rumah itu setelah ditinggalkan oleh isterinya 5 tahun yg lalu. Selama beramah-tamah dgn sang Bapak, mataqu tak lepas memandangii Erina. Sore itu ia menggunakan daster tiipiis yg dikombiinasiikan dgn celana kulot yg juga tiipiis. Buah dadanya terlihat semakiin menyembul dgn dandanan sepertii itu. Di rumah itu ada seorang pembantu berumur sekiitar 17 tahun. Mukanya manis, meskipun tak secantiik Erina. Badannya bongsor dan motok. Menik namanya. Ia yg seharii-harii menyediakan makan untukku.

Harii demii harii berlalu.

Kerana kepiawaianku dalem bergaul, aqu sudah sangat akrab dgn orang-orang di rumah itu. Bahkan Menik sudah biasa mengurutku dan Erina sudah beranii untuk ngobrol di kamarku. Bagii janda muda itu, aqu sudah merupakan tempat mencurahkan iisii hatiinya. Begitu mudah keakraban itu terjadi hiingga kadang-kadang Erina merasa tak perlu mengetuk piintu sebelom masuk ke kamarku. Sampaii suatu malam, kerana itu hujan turun dgn lebatnya. Aqu, kerana sedang suntuk memasang cerita dewasa kesukaanku di laptopku.

Tengah asyiik-asyiiknya aqu menonton tanpa sadar aqu menoleh ke arah piintu, astaga…, Erina tengah berdirii di sana sembari juga iikut menonton. Ternyata aqu lupa menutup piintu, dan ia tertariik akan suara-suara erotiis yg dikeluarkan oleh Filem produksii Viiviid iinteractiive itu.

Kerana sadar bahwa aqu mengetahuii kehadirannya, Erina tersiipu dan berlarii ke luar kamar.

“Mbak Erina..”, panggiilku seraya mengejarnya ke luar. Kuraiih tangannya dan kutariik kembalii ke kamarku.

“Mbak Erina…, mau nonton bareng? Ngga apa-apa kok..”.

“Ah, ngga Pak…, malu aqu..”, katanya sembari melengos.

“Lho.., kok malu.., kayak sama siapa saja.., kamu itu.., wong kamu sudah Cerita banyak tentang dirii kamu dan keluarga.., darii yg jelek sampaii yg bagus.., masak masiih ngomong malu sama aqu?”, Kataqu seraya menariiknya ke arah kasurku.

“Yuk kiita nonton bareng yuk..”, Aqu mendudukkan Erina di kasurku dan piintu kamarku kukuncii.

Dgn santaii aqu duduk di sampiing Erina sembari mengeraskan suara laptopku. Adegan-adegan erotiis yg diperliihatkan ke 2 biintang mesum itu memang menakjubkan. Mereka bergumul dgn buas dan saliing menghiisap. Aqu meliiriik Erina yg sedarii tadi takjub memandangii adegan-adegan panas tersebut. Terliihat ia berkalii-kalii menelan ludah. Nafasnya mulaii memburu, dan buah dadanya terliihat naiik turun. Aqu memberanikan dirii untuk memegang tangannya yg putiih mulus itu.

Erina terlihat sedikiit kaget, akan tetapi ia membiarkan tanganku membelaii telapak tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Erina basah oleh keriingat. Aqu membelaii-belaii tangannya seraya perlahan-lahan mulaii mengusap pergelangan tangannya dan terus merayap ke arah ketiaknya. Erina terlihat pasrah saja kerana aqu memberanikan dirii meliingkarkan tanganku ke bahunya sembari membelaii mesra bahunya.

Akan tetapi ia belom beranii untuk menatap mataqu. Sembari memeluk bahunya, tangan kananku kumasukkan ke dalem daster melaluii lobang lehernya. Tanganku mulaii merasakan montoknya pangkal buah dada Erina. Kubelaii-belaii seraya sesekalii kutekan dagiing empuk yg menggunung di dada bagian kanannya.

Kerana kuliihat tak ada reaksii darii Erina, secepat kiilat kusiisiipkan tangganku ke dalem BH-nya…, kuangkat cup BH-nya dan kugenggam buah dada ranum sii janda muda itu.

“Ohh.., Pak…, jangan..”, Biisiiknya dgn serak seraya menoleh ke arahku dan mencoba menolak dgn menahan pergelangan tangan kananku dgn tangannya.

“Sshh…, ngga apa-apa Mbak…, ngga apa-apa..”.

“Nantii ketauanhh..”.

“Nggaa…, jangan taqut..”, Kataqu seraya dgn siigap memegang ujung ujung pentil buah dada Erina dgn iibu jarii dan telunjukku, lalu kupeliintiir-peliintiir ke kiirii dan kanan.

“Ooh.., hh.., Pak.., Ouh.., jj.., jjanganhh.., ouh..”, Erina mulaii meriintiih-riintiih sembari memejamkan matanya. Pegangan tangannya mulaii mengendor di pergelangan tanganku.

Saat itu juga, kusambar biibiirnya yg sedarii tadi sudah terbuka kerana meriintiih-riintiih.

“Ouhh.., mmff.., cuphh.., mpffhh..”, Dgn nafas tersengal-sengal Erina mulaii membalas ciiumanku. Kucoba mengulum liidahnya yg mungiil, kerana kurasakan ia mulaii membalas sedotanku. Bahkan ia kini mencoba menyedot liidahku ke dalem mulutnya seakan iingiin menelannya bulat-bulat. esexeseks.com Tangannya kini sudah tak menahan pergelanganku lagii, akan tetapi kedua-duanya sudah meliingkarii leherku. Malahan tangan kanannya digunakannya untuk menekan belakang kepalaqu sehiingga ciiuman kita berdua semakiin lengket dan bergaiirah.

Momentum ini tak kusia-siakan. Sementara Erina meliingkarkan kedua tangannya di leherku, aqupun meliingkarkan kedua tanganku di piinggangnya. Aqu melepaskan biibiirku darii kulumannya, dan aqu mulaii menciiumii leher putiih Erina dgn buas.

“aahh..Ouhh..” Erina menggeliinjang kegelian dan tanganku mulaii menyiingkap daster di bagian piinggangnya. Kedua tanganku merayap cepat ke arah talii BH-nya dan,

“tasss..” terlepaslah BH-nya dan dgn siigap kualiihkan kedua tanganku ke dadanya.

Saat itulah lurasakan betapa kencang dan ketatnya kedua buah dada Erina. Keniikmatan meremas-remas dan mempermaiinkan ujung pentilnya itu terasa betul sampaii ke ujung sarafku. Kemaluanku yg sedarii tadi sudah menegang terasa semakiin tegang dan keras. Desahan-Desahan Erina mulaii berubah menjadi jeriitan-jeriitan keciil terutama saat kuremas buah dadanya dgn keras. Erina sekarang lebiih mengambiil inisiatiif.

Dgn nafasnya yg sudah sangat terengah-engah, ia mulaii menciiumii leher dan mukaqu. Ia bahkan mulaii beranii menjiilatii dan menggiigiit daun teliingaqu kerana tangan kananku mulaii merayap ke arah selangkangannya. Dgn cepat aqu menyeliipkan jarii-jariiku ke dalem kulotnya melaluii perut, langsung ke dalem celana dalemnya. Meskipun kita berdua masiih dalem keadaan duduk berpelukan di atas kasur, posiisii paha Erina saat itu sudah dalem keadaan mengangkang seakan memberii jalan bagii jarii-jemariiku untuk secepatnya mempermaiinkan kemaluannya.

Hujan semakiin deras saja mengguyur kota Bandung. Sesekalii terdengar suara guntur bersahutan. Akan tetapi cuaca dingiin tersebut sama sekalii tak mengurangii gaiirah kita berdua di saat itu. Gaiirah seorang lajang yg memiiliikii liibiido yg sangat tiinggii dan seorang janda muda yg sudah lama sekalii tak meniikmatii sentuhan laki laki. Erina mengeratkan pelukannya di leherku kerana jemariiku menyentuh bulu-bulu lebat di ujung kemaluannya. Ia menghentiikan ciiumannya di kupiingku dan terdiam sembari terus memejamkan matanya. Badannya terasa menegang kerana jarii tengahku mulaii menyentuh kemaluannya yg sudah terasa basah dan berlendir itu.

Aqu mulaii mempermaiinkan kemaluan itu dan membelaiinya ke atas dan ke bawah.

“Ouuhh Pak.., ouhh.., aahh.., g..g.ggelliiiiiihh…”.

Erina sudah tak biisa berkata-kata lagii selaiin meriintiih penuh nafsu kerana kelentitnya kutemukan dan kupermaiinkan. Seluruh badan Erina bergetar dan bergeliinjang. Ia terlihat sudah tak dapat mengendaliikan diriinya lagii. Jeriitan-jeriitannya mulaii terdengar keras. Sempat juga aqu kawatiir dibuatnya. Jangan-jangan seiisii rumah mendengar apa yg tengah kita laqukan. Akan tetapi kerasnya suara hujan dan geledek di luar rumah menenangkanku. Benda keciil sebesar kacang itu terasa niikmat di ujung jarii tengahku kerana aqu memutar-mutarnya. Sembari mempermaiinkan kelentitnya, aqu mulaii menundukkan kepalaqu dan menciiumii buah dadanya yg masiih tertutupii oleh daster.

Seolah mengertii, Erina menyiingkapkan dasternya ke atas, sehiingga dgn jelas aqu biisa meliihat buah dadanya yg ranum, kenyal dan berwarna putiih mulus itu bergantung di hadapanku. Kerana nafsuku sudah memuncak, dgn buas kusedot dan kuhiisap buah dada yg berujung pentil merah jambu itu. Ujung pentilnya terasa keras di dalem mulutku menandakan nafsu janda muda itupun sudah sampaii di puncak. Erina mulaii menjeriit-jeriit tak karuan sembari menjambak rambutku. Sejenak kuhentiikan hiisapanku dan bertanya,

“Enak Mbak?”. Sbg jawabannya, Erina membenamkan kembalii kepalaqu ke dalem ranumnya buah dadanya.

Jarii tengahku yg masiih mempermaiinkan kelentitnya kini kuarahkan ke lobang kemaluan Erina yg sudah menganga kerana basah dan posiisii pahanya yg mengangkang. Dgn pelan tetapi pastii kubenamkan jarii tengahku itu ke dalemnya dan,

“Auuhh.., P.Paak.., hh”. Erina menjeriit dan menaiikkan kedua kakiinya ke atas kasur.

“Terrusshh.., auhh..”. Kugerakkan jariiku keluar masuk di kemaluannya dan Erina menggoygkan piingggulnya mengiikutii iirama keluar masuknya jemariiku itu.

Aqu menghentiikan ciiumanku di buah dada Erina dan mulaii mengecup biibiir ranum janda itu. Matanya tak lagii terpejam, tetapi memandang sayu ke mataqu seakan berharap keniikmatan yg ia rasakan ini jangan pernah berakhiir. Tangan kiiriiku yg masiih bebas, membiimbiing tangan kanan Erina ke baliik celana pendekku. Kerana tangannya menyentuh kemaluanku yg sudah sangat keras dan besar itu, terliihat ia sedikit terbelalak kerana belom pernah meliihat bentuk yg panjang dan besar sepertii itu. Erina meremas kemaluanku dan mulaii mengocoknya naiik turun naiik turun.., kocokan yg niikmat yg membuatku tanpa sadar melenguh,

“Ahh.., Mbaak.., enaknya.., terusiin..”.

Saat itu kita berdua berada pada puncaknya nafsu. Aqu yakiin bahwa Mbak Erina sudah iingiin secepatnya memasukkan kemaluanku ke dalem kemaluannya. Ia tak mengatakannya secara langsung, akan tetapi darii tiingkahnya menariik kemaluanku dan mendekatkannya ke kemaluannya sudah merupakan pertanda. Akan tetapi, di detik-detik yg paliing menggaiirahkan itu terdegar suara sii Bapak tua berteriak,

“Erina…, Erina..”. Kita berdua tersentak.

Kukeluarkan jemariiku darii kemaluannya, Erina melepaskan kocokannya dan ia membenahii pakaian dan rambutnya yg berantakan. Sembari menganciingkan kembalii BH-nya ia keluar darii kamarku menuju kamar Bapak tua itu. Sialan!, kepalaqu terasa peniing. Begitulah penyakiitku kalo liibiidoku tak tersalurkan.

Beberapa saat lamanya aqu menantii siapa tahu janda muda itu akan kembalii ke kamarku. Tetapi terlihatnya ia siibuk mengurus orang tua pelupa itu, sampaii aqu tertiidur. Entah berapa lama aqu terlelap, tiiba-tiiba aqu merasa napasku sesak. Dadaqu serasa tertiindih suatu beban yg berat. Aqu terbangun dan membuka mataqu. Aqu terbelalak, kerana terlihat sesosok badan putiih mulus telanjang bulat meniindih badanku.

“Mbak Erina?”, Tanyaqu tergagap kerana masiih mengagumii keiindahan badan mulus yg berada di atas badanku.

Lekukan piinggulnya terliihat landaii, dan perutnya terasa masiih kencang. Buah dadanya yg lanciip dan montok itu meniindih dadaqu yg masiih terbalut piyama itu. Sekerana, rasa kantukku hiilang. Mbak Erina tersenyum siimpul kerana tangannya memegang celanaqu dan merasakan betapa kemaluanku sudah kembalii menegang.

“Kiita tuntaskan ya Mbak?”, Kataqu sembari menyambut kuluman liidahnya.

Sembari dalem posiisii tertiindih aqu menanggalkan seluruh pakaian dan celanaqu. Kegaiirahan yg sempat terputus itu, mendadak kembalii lagii dan terasa bahkan lebiih menggiila. Kita berdua yg sudah dalem keadaan bugiil saliing meraba, meremas, menciium, meriintiih dgn keganasan yg luar biasa. Mbak Erina sudah tak malu-malu lagii menggoygkan piinggulnya di atas kemaluanku sehiingga bergesekan dgn kemaluannya.

Tak lebiih darii 5 meniit, aqu merasakan bahwa nafsu syahwat kita sudah kembalii berada dipuncak. Aqu tak iingiin kehiilangan momen lagii. Kubaliikkan badan Erina, dan kutiindih sehiingga keempukan buah dadanya terasa benar menempel di dadaqu. Perutku menggesek niikmat perutnya yg kencang, dan kemaluanku yg sudah sangat menegang itu bergesekan dgn kemaluannya.

“Mbak.., buka kakiinya.., sekarang kamu akan merasakan sorganya dunia Mbak..”, biisiikku sembari mengangkangkan kedua pahanya.

Sembari tersengal-sengal Erina membuka pahanya selebar-lebarnya. Ia tersenyum manis dgn mata sayunya yg penuh harap itu.

“Ayo Pak.., masukkan sekarang…”, Aqu menempelkan kepala kemaluanku yg besar itu di mulut kemaluan Erina. Perlahan-lahan aqu memasukkannya ke dalem, semakiin dalem, semakiin dalem dan,

“aa.., Aooohh.., paakh….., aahh..”, riintiihnya sembari membelalakkan matanya kerana hampiir seluruh kemaluanku kubenamkan ke dalem kemaluannya.

Setelah itu,

Baca juga Cerita Sex, Sekretaris Idola

“Blesss…”, dgn sentakan yg kuat kubenamkan habiis kemaluanku diiiriingii jeriitan erotiisnya,

“Ahh.., besarnyah.., ennnakk ppaak..”.

Aqu mulaii memompakan kemaluanku keluar masuk, keluar masuk. Gerakanku makiin cepat dan cepat. Semakiin cepat gerakanku, semakiin keras jeriitan Erina terdengar di kamarku. Piinggul janda muda itu pun berputar-putar dgn cepat mengiikutii iirama pompaanku. Kadang-kadang piinggulnya sampaii terangkat-angkat untuk mengiimbangii kecepatan naiik turunnya piinggulku. Buah dadanya yg terliihat bulat dalem keadaan berbariing itu bergetar dan bergoyg ke sana ke marii. Sungguh menggaiirahkan!

Tiiba-tiiba aqu merasakan pelukannya semakiin mengeras. Terasa kuku-kukunya menancap di punggungku. Otot-ototnya mulaii menegang. Nafas perempuan itu juga semakiin cepat. Tiiba-tiiba badannya mengejang, mulutnya terbuka, matanya terpejam,dan aliisnya merengut

“aahh..!!!”. Erina menjeriit panjang seraya menjambak rambutku, dan kemaluanku yg masiih bergerak masuk keluar itu terasa disiiram oleh suatu caiiran hangat. Darii wajahnya yg menyeriingaii, terlihat janda muda itu tengah menghayatii orgasmenya yg mungkiin sudah lama tak pernah ia alamii itu. Aqu tak mengendurkan goygan piinggulku, kerana aqu sedang berada di puncak keniikmatanku.

“Mbak.., goyg terus Mbak.., aqu juga mau keluar..”. Erina kembalii menggoyg piinggulnya dgn cepat dan beberapa detik kemudian, seluruh badanku menegang.

“Keluarkan di dalem saja pak”, biisiik Erina,

“Aqu masiih pakaii IIUD”. Begitu Erina selesaii berbiisiik, aqu melenguh.

“Mbak.., aqu keluar.., aqu keluarr…., aahh..”, dan…,

“Crat.., crat.., craat”, kubenamkan kemaluanku dalem-dalem di kemaluan perempuan itu.

Seakan mengertii, Erina mengangkat piinggulnya tiinggii-tiinggii sehiingga puncak keniikmatan ini terasa benar hiingga ke tulang sumsumku.Cerita Sex


Kita berdua terkulaii lemas sembari memejamkan mata. Piikiiran kita melayg-layg entah ke mana. Badanku masiih meniindih badan montok Erina. Kita berdua masiih saliing berpelukan dan aqupun membaygkan harii-harii penuh keniikmatan yg akan kualamii sesudah itu di Bandung.


Sejak kejadian malam itu, kesiibukan di kantorku yg luar biasa membuatku seriing pulang larut malam. Kepenatanku selalu membuatku langsung tertiidur lelap. Kesiibukan ini bahkan membuat aqu jarang biisa berkomuniikasii dgn Erina. Meskipun begitu, seriing juga aqu mempergunakan waktu makan siangku untuk mampiir ke rumah dgn maksud untuk melaqukan seks duriing lunch. Sayg, di waktu tersebut ternyata Ayah Anto senantiasa dalem keadaan bangun sehiingga niatku tak pernah kesampaian. Akan tetapi suatu harii aqu cukup beruntung meskipun orang tua itu tak tiidur. Aqu mendapat apa yg kuiingiinkan.
Bersambung…

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.